RootsLineNews Adalah blog dan nama baru pengganti Portal Berita Berandalanpuritan.Blogspot.com, namun walaupun dengan nama yang berbeda para pengurus portal berita RootsLineNews seratus persen sama dengan pengurus berandalanpuritan.blogspot.com --Purgatory Sedang Menyiapkan Album Versi Akustik Dari Lagu lagu Metal Mereka -- Telah Beredar (EP) Album Perdana The Roots Of Madinah Berjudul Konfrontasi Teror Info Lebih Lanjut Hubungi Arif Attack 021 930 72 693- Sudahkah Anda Memiliki Kedua Album Band Metal Purgatory? -- Band Metal Tengkorak Tidak jadi Bubar, pesan Ombat sang vokalis "Kami Kembali Ke Scene!" - Telah Beredar Album perdana Band metal Aftermath - the Great Saracenia pemesanan hubungi 0856 929 437 99 -

Also Support :

Photobucket

Yahudi Ultra-Ortodoks Marah




Jerusalem, Sabtu, 19 Juni 2010 | 04:39 WIB - Puluhan warga Israel ditahan hari Jumat (18/6), atau sehari setelah kaum Yahudi ultra-Ortodoks melakukan demonstrasi terbesar dalam 10 tahun. Mereka mendukung para orangtua yang menolak integrasi sekolah agama.

Sekitar 100.000 warga Yahudi ultra-Ortodoks yang mengenakan pakaian hitam, Kamis di Jerusalem, memprotes putusan Mahkamah Agung (MA) yang memerintahkan agar gadis-gadis Yahudi keturunan Eropa dan Timur Tengah belajar bersama.

Aksi demonstran juga berlangsung di Bnei Brak, pinggiran kota Tel Aviv. Wilayah pinggiran ini didominasi populasi Yahudi religius. Mereka melambai-lambaikan poster yang mencela putusan pengadilan itu.

Demonstrasi itu mencuatkan isu-isu yang dihadapi Israel, yakni diskriminasi di dalam masyarakat Yahudi dan pengaruh kaum minoritas ultra-Ortodoks di negara itu.

Para orangtua keturunan Yahudi Eropa atau Ashkenazi di sebuah sekolah anak gadis di Emanuel, sebuah pemukiman Tepi Barat, tidak menginginkan putri-putri mereka belajar bersama dengan siswi-siswi keturunan Yahudi Timur Tengah dan Afrika Utara yang disebut Sephardi.

Para orangtua Ashkenazi mengatakan, mereka tidak rasis. Namun, mereka ingin mempertahankan agar kelas-kelas dipisah, seperti yang telah berlaku bertahun-tahun. Alasannya, keluarga para siswi Sephardi tidak cukup religius.

MA Israel menolak argumen itu. MA memutuskan 43 pasang orangtua yang menolak integrasi, dengan meminta para putri mereka tidak bersekolah, agar ditahan pada hari Kamis selama dua pekan.

Jubir polisi Jerusalem, Micky Rosenfeld, mengatakan, sekitar 100.000 orang berkumpul di pusat kota Jerusalem mendukung para orangtua Ashkenazi. Sejumlah 20.000 orang lainnya berdemonstrasi di tengah kota Bnei Brak. Sejumlah 10.000 polisi dikerahkan.

Sebagian besar para demonstran itu adalah lelaki yang berjenggot panjang dan mengenakan pakaian hitam khas di kalangan Yahudi ultra-Ortodoks. ”Mahkamah Agung fasis,” kata salah sebuah poster.

Hindari dunia modern

Esther Bark (50), ibu tujuh anak perempuan, mengatakan, isunya adalah menjaga para gadis itu dari godaan dunia modern. ”Untuk menempatkan mereka tiba-tiba di sebuah tempat yang berpandangan terbuka adalah sesuatu yang tidak baik bagi mereka,” katanya.

Minoritas ultra-Ortodoks Israel sejak lama berselisih dengan MA. Menurut sebagian orang Yahudi saleh, MA mencampuri gaya hidup religius mereka.

Hari Jumat, puluhan ayah ultra-Ortodoks ditahan karena menentang putusan MA itu. Namun, 22 ibu para siswi sekolah itu mendapat penundaan penahanan sementara. Pengadilan mempertimbangkan sebuah permohonan agar membiarkan mereka tetap di rumah untuk mengurus anak-anak mereka.

Channel 7 dan Radio Israel mengatakan, hakim Edmund Levy memutuskan bahwa pengadilan akan bersidang kembali hari Minggu untuk membicarakan permohonan itu.

Media Israel mengatakan, sebagian dari kaum ibu itu sedang hamil, sementara ibu lainnya mempunyai anak-anak dengan kebutuhan khusus. Keluarga-keluarga ultra-Ortodoks biasanya adalah keluarga besar dengan jumlah anak jauh di atas rata-rata populasi Israel yang sekuler.

Sekitar 35 ayah menyerahkan diri ke markas besar Kepolisian Jerusalem hari Kamis malam. Mereka dibawa ke penjara Maasiyahu di kota Ramle, Israel tengah, untuk menjalani hukuman penjara dua pekan karena menghina pengadilan.

Isu ini meletup ketika pengadilan ikut campur setelah orangtua dari sekte Slonim Hassidic menolak membiarkan anak gadis mereka bersekolah bersama anak-anak gadis Sephardi. Kaum Ashkenazi turut menolak pembauran para siswi.(AFP/AP/Reuters/DI)